Rabu, 10 Oktober 2012

APA ITU DEKSTO??

KISAH NYATA UNTUK HARI INI
Seorang anak SMA kelas X sebut saja namanya (P) hari ini sebagai korban pil DMP ini padahal kemarin teman sejawatnya pun meninggal akibat mengkonsumsi DMP berlebihan seperti yang dialami alm (P) ini ia semalam berpesta DMP dengan 5 kawannya di ranggon/pos kamling teman-temannya hanya mengkonsumsi sekitar 4-9 butir dekstro, (P) ini mengkonsumsi satu kali minum lebih dari 20 pil setelah ia dan teman-temannya mabuk. Pukul 02:15 beberapa menit teman-temannya sadar dan kemudian membangunkan (P) namun tidak bangun-bangun setelah di terlentangkan dari mabuknya yang tengkurap ternyata (P) ini mulutnya penuh dengan busa dan bercampur semut karena panik lalu (P) ini di bawa ke rumah sakit terdekat, namun naas nasibnya tak terselamatkan nyawaya. Yang ia tinggalkan hanya bendera kuning yang menancap di batang pisang. Haru tangis pecah menyertai kepergiannya. Warga menangis karena ia tak punya ibu, ibunya beberapa tahun yang lalu sudah meninggal karena terkena penyakit.
APA YANG ANDA PETIK DARI KISAH NYATA INI??
APAKAH HIDUP ANDA HANYA SI SIA-SIAKAN? ATAUKAH DI MANFAATKAN DENGAN BAIK-BAIK?

APA ITU DEKSTO??

A.    Pengertian

Tahukah Anda bahwa obat batuk dapat digunakan untuk mabuk-mabukan. Setidaknya, inilah yang dilakukan oleh sekelompok pecandu narkoba kurang modal. Mereka mengkonsumsi dextromethorphan jauh di atas ambang batas dosis yang diizinkan. Hasilnya, selain 'fly', sel-sel tubuh mereka akan mengalami keracunan hebat.
Dextromethorphan atau sering disingkat DMP, adalah obat batuk "over the counter" (OTC) yang disetujui penggunaannya pertama kali pada tahun 1958. OTC artinya dapat dibeli secara bebas, tanpa resep. Walaupun demikian, obat ini hanya boleh dijual di toko obat berizin. Meskipun ada dalam bentuk murni, DMP biasanya berupa sediaan kombinasi. Artinya, dalam satu tablet, selain DMP juga terdapat obat lain seperti parasetamol (antinyeri antidemam), CTM (antihistamin), psuedoefedrin /fenilpropanolamin (dekongestan), atau guafenesin (eskpektoran). Obat ini bekerja sentral, yaitu pada pusat batuk di otak. Caranya dengan menaikkan ambang batas rangsang batuk. Sebagai catatan, beberapa obat batuk lain bekerja langsung di saluran napas.
Secara kimia DMP (D-3-Methoxy-N-Methyl-Morphinan) merupakan suatu dekstro isomer dari levomethorphan, suatu derivate dari morfin semisintetik. Walaupun strukturnya mirip narkotik, DMP tidak beraksi pada reseptor opiat sub tipe mu (seperti halnya morfin atau heroin), tetapi ia beraksi pada reseptor opiat subtipe sigma, sehingga efek ketergantungannya relatif kecil. Pada dosis besar, efek farmakologi DMP menyerupai PCP atau ketamin yang merupakan antagonis reseptor NMDA.
B.     Overdosis Mematikan
Penyalahgunaan DMP sering terjadi. Penyebabnya, selain murah, obat ini juga relatif mudah didapat. Bentuk penyalahgunaannya antara lain adalah konsumsi dalam dosis besar (berpuluh-puluh butir) atau mengkonsumsinya bersama alkohol atau narkoba.
Pada keadaan overdosis, terjadi berbagai macam efek samping. Terjadi stimulasi ringan pada konsumsi sebesar 100 - 200 mg; euforia dan halusinasi pada dosis 200 - 400 mg; gangguan penglihatan dan hilangnya koordinasi gerak tubuh pada dosis 300 - 600 mg, dan terjadi sedasi disosiatif (perasaan bahwa jiwa dan raga berpisah) pada dosis 500 - 1500 mg.

C.    Manfaat dari DMP
Manfaat utama DMP adalah menekan batuk akibat iritasi tenggorokan dan saluran napas bronkhial, terutama pada kasus batuk pilek. Untuk mengusir batuk, dosis yang dianjurkan adalah 15 mg sampai 30 mg yang diminum 3 kali sehari. Dengan dosis sebesar ini, DMP relatif aman dan efek samping jarang terjadi.




D.    Akibat Mengonsumsi Berlebihan
Gejala lain yang terjadi akibat overdosis DMP adalah bicara kacau, gangguan berjalan, gampang tersinggung, berkeringat, dan bola mata berputar-putar (nistagmus). Penyalahgunaan sediaan kombinasi malah berefek lebih parah. Komplikasi yang timbul dapat berupa peningkatan tekanan darah karena keracunan pseudoefedrin, kerusakan hati karena keracunan parasetamol, gangguan saraf dan sistim kardiovaskuler akibat keracunan CTM. Alkohol atau narkotika lain yang telan bersama DMP dapat meningkatkan efek keracunan dan bahkan menimbulkan kematian.

Selasa, 09 Oktober 2012

MIKROSKOP BINOKULER


A.    Latar belakang
Antony Van Leuwenhoek (Belanda, 1632-1723), orang yang pertama kali menggunakan mikroskop walaupun dalam bentuk sederhana pada bidang mikrobiologi. Kemudian disempurnakan oleh Hans dan Z Jansen pada tahun 1600 dengan menemukan mikroskop yang lebih maju dengan nama mikroskop ganda.



Mikroskop adalah keahlian menggunakan mikroskop yaitu peralatan yang didesain untuk memperbesar gambaran objek atau specimen yang berukuran kecil. Mikroskop pada prinsipnya adalah alat pembesar yang terdiri dari dua lensa cabang yaitu lensa objektif (dekat dengan benda) dan lensa okuler (dekat dengn mata). Baik objektif maupun okuler dirancang untuk perbesaran ang berbeda.
B. Spesifikasi
Ø  Kepala                             : binokuler yang dapat digeser-geser, 45o, rotasi 360o
Ø  Lensa okuler                   : WF16x 2 pcs
Ø  Bagian hidung                : kwadrupel berputar
Ø  Lensa objektif                 : akromatik DIN 4x NA 0,10, 10x NA 0,25, 40x (S) NA 0,65, 100x (S, minyak) NA 1,25
Ø  Kondenser                      : NA 1,25 Abbe kondenser dengan diafragma iris dan pemegang filter
Ø  Meja sediaan                   : 140 x 140 mm/ 75 x 50 mm, penggerak mekanik doubel layer
Ø  Pemfokus                        : koaksial pemfokus kasar dan halus
Ø  Pencahayaan                   : lampu halogen terpasang, dengan pengatur intensitas
Ø  Tenaga                            : 220V/6V 20W
Ø  Badan mikroskop            : dari logam



C. KEGUNAAN
            Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda mikroskopik/renik yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop binokuler atau stereo digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak, penyinaran diberikan dari atas ataupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu.
D. BAHAN
Ø  Badan                          : logam
Ø  Lensa objektif               : akromatik
E. CARA KERJA
            Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi.
F. KEKURANGAN
            Kekurangan utama dari tipe obyek mikroskop stereo adalah bahwa aperture numerical dari system dibatasi oleh adanya jalur beam/cahaya ganda.  Karenanya seseorang harus menggunakan mikroskop majemuk, yang memiliki obyektif dengan diameter yang lebih besar dan karenanya meningkatkan aperture numerical.
G. KELEBIHAN
            Mikroskop ini tidak memiliki kondensor, tapi memiliki kedalaman bidang pandang dan jarak kerja yang panjang. Mikroskop binokuler memiliki dua buah objektif dan okuler, sehingga diperoleh bayangan tiga dimensi dengan pengamatan kedua belah mata. Kekuatan pembesarannya tidak terlalu kuat, umumnya objektif 1X dan 2X serta okuler 10X dan 15X.


Senin, 08 Oktober 2012

JIHAD INTELEKTUAL

A.    Identitas Buku
Judul buku      : Jihad Intelektual (Merumuskan Parameter-Parameter Sains Islam)
Pengarang       : Ziauddin Sardar
Penerbit           : Risalah Gusti
Tahun terbit     : 1996
Tebal halaman : 169

B.     Ringkasan buku
1.      Membangun Kembali Peradaban Muslim
Ketika berfikir dan menulis tentang islam, kebanyakan kaun intelektual muslim baik yang modernis maupun yang tradisional  sering memandang islam dalam kanvas yang sangat sempit dan mengikat. Islam sering ditampilkan lebih sebagai sebuah kawasan keagamaan; kaum modernis lebih suka membatasi islam pada batas-batas kesalehan pribadi, keyakinan-keyakinan dan ritual-ritual. ; sementara kaum tradisionalis pada umumnya selalu menggambarkan islam sebagai “tata-cara kehidupan yang lengkap” artinya prikelakuan manusia dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan politik.
Intelektual-intelektual muslim garda depan lainnya telah berupaya memproyeksikan islam sebagai sebuah sistem etik. Sebagai contoh, dalam esainya yang brillian “Islam the Concept of Religion and Foundation of Ethics and Morality”, Naquib al-Atts menjelaskan bahwa din islam bisa diikhtisarkan menjadi empat signifikasi primer: hutang (indebtedness), ketakwaan (submisivenes), kekuasaan yang bijaksana (judicious power), dan kecndrungan alamiah atau fitrah (natural inclinatio). Berdasarkan keempat signifikansi tersebut al-Attas kemudian menjadikan islam sebagai suatu sistem sosial dan etika “alamih”. Pervez Manzoor, di pihak lain, menyamakan syariah dengan sistem etik, dan kemudian memakai analisanya itu untuk mengembangkan sebuah teori islam kontemporer mengenai lingkungan.
Rekontruksi peradaban muslim secara esensial merupakan suatu proses elaborasi pandangan dunia islam. Kelompok sarjana “ pandangan hidup yang lengkap” telah merumuskan kembali posisi-posisi klasik dan tradisional untuk memecahkan problem-problem ummat sebgai mana para juris dan ulama pada masa lalu telah memecahkan problem-problem ummat pada masa mereka.
Kaum sosiologi berbicara mengenai “peradaban modern” yang dimaksudkan yang di maksudkan sebagai masyarakat-masyarakat urban dan masyarakat-masyarakat industri pada masa kini. Pendekatan-pendekatan pada studi semacam ini telah membakukan “peradaban” pada suatu epos historis yang khusus. Peradaban menjadi berarti suatu entitas historis dengan suatu jangka hidup tertentu. Ibnu khaldun mengenai bangkit dan hancurnya peradaban-peradaban misalnya, bisa bisa dilihat sebagai contoh dari penyajian sebuah wawasan yang “cyclic” mengenai sejarah.
Tetapi peradaban muslim tidak lebih ditentukan oleh masa sejarah tentu dengan pertimbangan Al-Qur’an dan Sunnah. Secara esensial kita menghadapi tujuh tantangan besar. Jika kita menggambarkan peradaban muslim dalam skema bunga, maka kita dapat mengidentifikasi tujuh bidang yang memerlukan elaborasi kontemporer itu.
Pada pusat bunga, terletak pandangan-pandangan islam; ia memproduk benih-benih untuk pertumbuhan dan perkembangan masa depan. Pusat inti itu dikelilingi oleh dua lingkaran konsentrasi yang melambangkan ekspresi-ekspresi luar yang terpenting dari weltanschauung; struktur sosial dan politik, kegiatan ekonomi, sains dan teknologi, serta lingkungan. Bungan itu juga memiliki beberapa helai daun bunga sekunder yang melambangkan bidang-bidang seperti ersitektur, kesenian, pendidikan, perkembangan komunitas, perilaku sosial dan seterusnya. Tepi di sini kita hanya akan membicarakan daun-daun bunga primer saja.
Syariah adalah hukum islam dan etika yang dipandukan menjadi satu. Juris bersepakat bahwa sumber utama syariah adalah Qur’an, Sunnah, Ijma (konsesus pendapat), qiyas (penilaian atas analogi juristik) dan jihad (pemikiran bebas).
Para juristik klasik menggunakan ijma, qiyas, ijtihad, istihsan, istishlah dan urf sebagai metode untuk memecahkan problem-problem praktis.
Jadi para intelektual membangu peradaban muslim dengan cara Merekayasa pekerjaan untuk membangun kembali peradaban muslim membutuhkan perumusan baru dalam pendekatan terhadap islam sebagai peradaban. Hanya dengan mendekati islam sebagai peadaban masa depan, kita bisa sungguh-sungguh berbuat adil kepada din islam. Lebih dari itu, rekontruksi peradaban muslim, secara esensial merupakan suatu proses elaborasi pandangan dunia islam. Ia adalah proses pemberian format dan sekaligus transformasi terus menerus untuk mengubah fakta-fakta menjadi nilai-nilai; aksi-aksi menjadi tujuan-tujuan; dan harapan-harapan; menjadi kenyataan.
2.      Jihad Intelektual Kaum Cendekiawan Muslim Tanggung Jawab Mereka
Jihad berarti melawan penidasan, despostisme dan ketidakadilan – dimanapun itu terjadi demi kepentingan yang tertindas, siapapun mereka. Jihad harus dilakukan pada berbagai level.
Didalam Al-Qur’an menggunakan kata jihad dalam beberapa pengertian “Dan mereka yang berjuang di jalan Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami, dan sesungguhnya Tuhan bersama mereka yang berbuat kebaikan.”(29:26). “Dan berjuanglah untuk Allah dengan sungguh-sungguh.”(22:78). Ibn Taimiyah mengatakan tentang dua syarat utama jihad. Dia mengutip sebuah hadits Nabi untuk menjelaskan pandangannya itu: “Engkau tetap memerintahkan yang baik dan melarang yang munkar, bahkan ketika engkar melihat keserakahan aiperturutkan, nafsu diumbar, harta duniawi diutamakan, sementara engkau tudak melihat ada yang memperhatikan seruhanmu. Lihatlah dirimu sendiri tinggalkan mereka; karena engkau akan menjumpai hari-hari kesabaran........... ketika orang dapat memetik buah dari amal perbuatannya.”
Demikianlah, seperti semua ketentuan-ketentuan islam jihad harus dilaksanakan dalam batas-batas hudud, yang dalam kasus ini adalah kesabaran yang sejati telah habis, pringatan yang keras harus diseruhkan terhadap ketidakadilan dan penindasan, sehingga jihad lidah dan tangan menjadi perlu. Para cendekiawan yang sangat menonjol dari ciri-ciri tersebut adalah mentalis guru. Ciri yang kedua adalah ketidakmampuannya menerima kritik.
Tujuan final jihad intelektual adalah menciptakan sebuah ruang intelektual yang merupakan perwujudan sejati pandangan-dunia dan kebudayaan islam, dan yang bisa melahirkan solusi-solusi pragmatis atas masalah-masalah kontemporer ummat muslim.
Para sarjana dan cendekiawan muslim mempunyai peran vital untuk menghilangkan ketidak adilan dan penindasan baik yang terdapat dalam masyarakat-masyarakat muslim maupun masyarakat lain di dunia. Tetapi jika mereka memperoleh kepercayaan dan respek dari ummat, mereka harus mencurahkan tanggung jawab mereka secara lebih serius dan menunjukan perhatian yang positif terhadap kebudayaan dan nilai-nilai pandangan dunia islam. Mereka harus memperjuangkan kebenaran dan keadilan sebagai pejuang-pejuang bebas sambil memodifikasi karakter dan ciri intelektual mereka untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutn masyarakat kontemporer.
Komunitas muslim harus memberika penghargaan yang menjadi hak kaum cendikiawannya. Nabi Muhammad saw pernah menegaskan tentang betapa pentingnya jihad intelektual bagi ummat, ketika beliau bersabda bahwa, “tinta seorang sarjana lebih mulia daripada darah seorang martir (syuhada).

3.      Islamisasi Ilmu Pengetahuan atau Westernisasi Islam
Epistemologi, atau teori mengenai ilmu pengetahuan adalah inti-sentral setiap pandangan dunia. Didalam islam di dalam konteks islam, ia merupakan parameter yang bisa memetakan apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin munurut bidang-bidangnya; apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui; dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui. Epistimologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasi sumber-sumbernya dan menetapkan batasan-batasannya.
Islamisasi merupakan sebuah karkter dan identitas Islam sebagai pandangan hidup (worldview)  yang di dalamnya terdapat pandangan integral terhadap konsep ilmu (epistemology) dan konsep Tuhan (theology). Bahkan bukan hanya itu, Islam adalah agama yang memiliki pandangan yang fundamental tentang Tuhan, kehidupan, manusia, alam semesta, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, Islam adalah agama sekaligus peradaban
Ilmu pengetahuan tidak bisa dipisah dari pandangan dunia dan sistem keyakinan. Dari pada “meng-islamkan” disiplin yang telah berkembang dalam miliu sosial, etika, dan kultural barat, kaum cendikiawan muslim lebih baik mengarahkan energi mereka untuk menciptakan paradigma islam, karena dengan itulah tugas untuk memenuhi kebutuhan urgen masyarakat muslim bisa dilaksanakan.

4.      Perlunya Sains Islam
Islam dirinya sendiri sebagai din : suatu deskripsi menyeluruh yang melebihi pengertian tradisional mengenai agama. Dengan demikian islm bukan hanya sekedar agama. Islam adalah suatu sistem politik dan metode organisasi sosial. Dimana islam dapat memecahkan masalah-masalah praktis, spiritual dan intelektual manusia. Oleh karena itu, ia adalah suatu kebudayaan dan sebuah pandangan dunia. Dengan demikian, din islam merupakan agama, kebudayaan, peradaban dan pandangan dunia.
Sistem ini bermuatan struktur yang utuh meliputi sebuah matriks mengenai nilai-nilai dan konsep-konsep abadi yang hidup dan realistis sehingga memberikan karakter yang unik bagi peradaban dan pandangan dunia Islam. Nilai-nilai ini akan memberikan parameter-parameter bagi masyarakat muslim dan sekaligus petunjuk bagi peradaban Islam untuk mencapai nasibnya yang manifes.
Sistim Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi sehingga segala-galanya harus dikorbankan pada altar sains. Sementara dalam Islam sangat berbeda karena pencarian ilmu pengetahuan (ilm) hanya bermakna jika ilmu pegetahuan yang dicari menurut pandangan dunia-Islam adalah mencari karunia Allah. Dengan demikian sains dalam Islam bukanlah nilai itu sendiri, tetapi tunduk pada matriks nilai-nilai abadi. Oleh karena itu sains jelaslah tidak bebas nilai, berbeda dengan sains di Barat yang berupaya mengembangkan nilai-nilai kebudayaan dan peradaban Barat, sementara sains Islam mengembangkan nilai-nilai pandangan Islam, misalnya dalam penggalian ilmu pengetahuan disamakan dengan Ibadah, artinya ilmu pengetahuan itu harus dicari dalam kerangka yang relevan dengan nilai-nilai lain seperti keadilan, kepentingan umum dan sebagainya.
 Sebuah sains oprasional sangat dibutuhkan untuk pembangunan untuk sebuah peradaban. Sebagai suatu sistem objektif untuk memecahkan masalah yang terkerangka sesuai dengan paradigmanya sendiri, sains islam muncul dari lingkaran nilai dan konsep islam yang abadi. Tanpa sains islam, masyarakat muslim hanya akan menjadi bagian dari peradaban barat.

5.      Ilmu Kedokteran dan Metafisika : Sebuah Reorientasi Islam
Sistem ilmu kedokteran mengasalkan legitimasinya pada pandangan duninya. Ilmu kedokteran barat adalah saudara kandung dari pandangan dunia yang reduktif, arogan dan kapitalistik dari peradaban barat. Pandangan dunia ini secara epistemologi menjauhkan masyarakat dari dominan-dominan ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran barat dengan demikian tidak ditujukan untuk menyelamatkan kepentingan golongan-golongan yang ber-priviles dan berkuasa. Karena ilmu kedokteran barat tidak bisa menolerir eksistensi ilmu kedokteran yang berakar pada pandangan dunia non-barat, maka ia tidak membolehkan adanya mode of exsitence bagi dirinya sendiri. Berhadapan dengan ilmu kedokteran yang seperti itu, ilmu kedokteran islam hanya akan memperoleh format kontemporernya jika ia berhasil menjadi alternatif bagi sistem ilmu kedokteran barat yang kini sedang menempuh jalan bunuh diri itu.

6.      Merumuskan Kembali Konsep Universitas Islam
Universitas-universitas islam yang baru dan sedang didirikan atas bantuan Organisasi Konfersi Islam (OKI) di Islamabad, Petaling jaya, Dakktar dan tempat-tempat lain, menunjukan adanya kesadaran baru akan kebutuhan-kebutuhan kontemporer dunia muslim. Akan tetapi kesadaran-kesadaran semacam ini akan berakar kuat pada semangat tradisionalisme, yang justru menghalangi membahas stuktur institusional pemikiran inovatif, tulisan ini akan membahas struktur instusional universitas-universitas ini seraya mnawarkan alternatif-alternatif yang sama sekali berbeda.

7.      Ilmu Pengetahuan dan Nilai Merumuskan Parameter-Parameter Sains Islam
Dewasa ini pertanyaan mengenai “mengapa kita membutuhkan sains islam” harus diarahkan untuk dikembangkannya solusi-solusi yang viabel dalam kaitannya dengan krisis sains barat. Meskipun demikian, realisasi kontemporer dari sains islam harus didasarkan pada suatu kerangka nilai yang menjadi karakteristik-karakteristik dasar kebudayaan islam. Pada tahap sekarang, kerangka nilai itulah yang perlu dikembangkan agar parameter-parameter sains islam bisa dirumuskan.
Perdebatan panjang dikalangan ilmuwan-ilmuwan muslim tentang “Sains Islam” telah memberikan garis-garis besar pengembangan sains dikalangan masyarakat muslim, dimana kebijakan tersebut memungkinkan diserapnya manfaat yang berharga dari sains dan teknologi tanpa menjual nilai dan kebudayaan Islam, serta yang mampu memberikan bentuk yang hidup dan dinamis kepada filsafat dan pandangan dunia Islam.
Fenomena yang muncul kemudian adalah bahwa sains, teknologi dan masyarakat, dalam setiap interaksinya senantiasa menemukan masalah yang kerap muncul dalam skala dan kompleksitas yang luas, sehingga solusi-solusi praktis yang ditawarkan tampak surut dalam kabut konstrain-konstrain lingkungan, ekonomis dan politis. Sungguh sebuah persoalan yang paling signifikan yang sedang dihadapi ummat manusia saat ini.
Untuk merumuskan parameter-parameter sains Islam pada konteks kekinian, perlu kiranya dikembangkan solusi-solusi yang viable dalam kaitannya dengan krisis sains Barat. Meskipun demikian realisasi kontemporer dari sains Islam harus didasarkan pada suatu kerangka nilai yang menjadi karakteristik-karakteristik dasar kebudayaan Islam.
kerangka nilai yang merupakan karakteristik-karakteristik dasar kebudayaan Islam itu sendiri, diantaranya :
- Tauhid (baca:Keesaan Tuhan) : Konsep ini merupakan sebuah nilai yang all-embracing jika kemudian ditegaskan menjadi kesatuan ummat manusia, kesatuan antar manusia dan alam, dan kesatuan antara ilmu pengetahuan dan nilai.
- Khilafah: Bahwa manusia tidaklah independen dari Tuhan, tapi bertanggungjawab kepada Tuhan baik dalam kegiatan ilmiah maupun teknologisnya, konsep ini mengandung implikasi bahwa manusia tidak mempunyai hak eksklusif, tetapi bertanggungjawab untuk memelihara dan menjaga keselarasan tempat kediamannya di Bumi.
- Ibadah: Dengan melakukan kewajiban Kontemplasi (Ibadah), kesadaran mengenai Tauhid dan Khilafah akan timbul, dan berperan sebagai faktor yang mengintegrasikan kegiatan ilmiah dengan sistim nilai Islam. Sebab jika orang mencari ilmu pengetahuan untuk melakukan eksploitasi dan dominasi terhadap alam, pasti dia akan menjadi pengamat pasif.
- Ilm (baca: ilmu) : Konsep mengenai ilmu pengetahuan ini merupakan konsep yang paling banyak ditulis dan diperbincangkan oleh seluruh pengarang muslim klasik dari al-Kindi (801-873), al-Farabi (w.950), al-Biruni (937-1048) sampai al-Ghazali (w.1111) dan Ibn Khaldun (1332-1406) telah merumuskan klasifikasi-klasifikasi pokok mengenai ilmu pengetahuan tersebut menjadi dua kategori, yaitu; ilm yang diwahyukan (wahyu), yang menyediakan kerangka etika dan moral; dan ilm yang tak diwahyukan (non-wahyu), yaitu yang pencariannya yang menjadi kewajiban bagi kaum muslim di bawah petunjuk Ibadah.
Ilm pengetahuan non-wahyu selanjutnya dibagi menjadi dua kategori: fardu ain yaitu yang esensial bagi setiap individu untuk dipertahankan yaitu etika dan moralitas, dan fardu kifayah yakni yang diperlukan untuk kelangsungan hidup masyarakat secara keseluruhan. Dalam kerangka ini pencarian ilmu pengetahuan untuk kepentingan individu atau komunitas adalah Ibadah.
- Halal dan Haram : Konsep ini menjadi relevan, yang mencakup semua yang bersifat destruktif bagi manusia sebagai individu dalam lingkungannya yang dekat, maupun lingkungan yang luas. Destruktif dalam pengertian fisik, mental dan spiritual. Dilain pihak semua yang bermanfaat untuk seorang individu, masyarakat dan lingkungannya adalah Halal. Dengan demikian suatu tindakan yang halal tentu membawa manfaat bagi individu, bisa saja mempunyai efek-efek yang berbahaya, baik bagi masyarakat, lingkungan, atau keduanya. Inilah mengapa halal harus bekerja diatas premis-premis distribusi keadilan sosial (adl). Sedangkan haram selalu akan menimbulkan zulm (kezaliman), dan tirani.
- Adl (keadilan sosial) : Demikianlah, kegiatan ilmiah dan teknologis yang berupaya memajukan adl (keadilan sosial) adalah Halal, sementara sains dan teknologi yang menimbulkan alienasi dan dehumanisasi, dimana konsentrasi kekayaan ditangan segelintir orang, pengangguran dan kerusakan lingkungan, adalah zalim (tiranik), oleh karena itu dinilai Haram.
- Zulm (tirani): Karakteristik dari teknologi yang zalim adalah bersifat boros sumber daya manusia, sumberdaya lingkungan dan sumber daya spiritual, dan dikategorikan sebagai sains dan teknologi yang memajukan keadilan sosial (adl) merupakan sumber suplementer terpenting dari hukum Islam.
- Istishlah (kepentingan umum) : Disinilah sebuah definisi mengenai sains Islam bisa diformulasikan dalam term kerangka nilai-nilai Qur’ani. Paradigma-paradigma sains Islam tersebut, adalah konsep-konsep Tauhid, Khilafah, Ibadah, yang bekerja dengan perantara Ilm untuk memajukan keadilan sosial (adl) dan kepentingan umum (istishlah), kemudian berkaitan dengan konsep-konsep yang lainnya.
Demikianlah tanggungjawab seorang ilmuwan muslim yang meliputi tanggungjawab yang sosial dan spiritual, dan sains Islam yang bertanggung jawab mengembangkan kesadaran ketuhanan; mengharmoniskan tujuan dan cara, dalam mencari ilmu pengetahuan; memperhatikan relevansi sosial dalam pencarian maupun penererapan ilmu pengetahuan; serta, menolak netralitas pengetahuan objektif.

8.      Teknologi dan Kemandirian Domestik Sebuah Alternatif Islam
Munculnya teknologi Barat telah memperkenalkan semacam penjajahan gaya baru bagi negara-negara muslim, betapa tidak justru teknologi tersebut diimpor seakan menjual masa depan mereka. Evolusi dari sebuah alternatif Islam memerlukan penggabungan dan kerjasama sumber teknis dan intelektual dari dunia muslim seraya mengupayakan jawaban-jawaban lokal terhadap problem-problem lokal.
Keyakinan akan sifat baik teknologi ini begitu mendalam, begitu berpengaruh sampai munculnya anjuran bahwa masyarakat muslim harus mengambil manfaat penuh dari upaya alih-teknologi Negara-negara industri maju. Alasan ini diperkuat oleh Waqar Ahmad Husaini, yang pernah menawarkan pemikiran serius mengenai apa yang dinamakan “pola imitatif-inovatif modernisasi teknologis”. Dimana dalam salah satu kesimpulan yang bertentangan secara diametral, dikatakan bahwa sistim-sistim sains kaum muslim pada zaman pertengahan, dan sistim-sistim sains Barat pada zaman modern, termasuk Komunis, tumbuh melalui proses peminjaman dan asimilasi yang selektif, ini menunjukan bahwa masyarakat muslim secara lebih sempurna dapat lebih leluasa dan harus meminjam serta mengadaptasi prestasi kultural material dan teknologi dari bangsa-bangsa non-muslim yang lebih maju.

Teknologi konvensional yang berakar didalam nilai-nilai bart telah memperkenalkan semacam perbudakan yang belum pernah dikenal didalam sejarah. Sementara itu negara-negara muslim justru mengimpor teknologi untuk menjual masa depan mereka. Alternatif-alternatif terhadap gaya dan mode kegiatan dan proses teknologis hanya dapat mucul dari totlitas sebuah pandangan dunia. Evolusi dari sebuah alternatif islam memerlukan penggabungan dan kerjasama sumber daya teknik dan intelektual dari dunia muslim seraya mengupayakan jawaban-jawaban lokal terhadap problem-problem lokal.

C.    Komentar
Buku ini mengangkat permasalahan yang sangat real kita lihat dalam dunia dimana islam hanya dipandang sebelah mata dan para cendekiawan barat hanya mementingkan argumennya ketimbang argumen cendekiwan islam. Sehingga banyak memiliki argumentasi atau asumsi dalam intelektualnya sehingga para cendekiawan islam banyak mengargumentasikan tentang bagaimana mereka dapat mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Sains Islam tidak semata-mata dilihat dari nilai itu sendiri melainkan tunduk pada matriks-matriks nilai-nilai abadi. Tidak seperti sains yang berkembang di Barat dimana cenderung tidak netral dan bebas nilai, dan berusaha mengembangkan imperialisme budaya, oleh karena itu itelektual dan kaum pemikir dikalangan Islam harus merumuskan paradigma sains Islam yang dapat mengungguli sains Barat dan tentunya berupaya mengembangkan nilai-nilai pandangan Islam dalam sains tersebut, dengan hanya semata-mata mencari keridhaan Allah Swt.
Selanjutunya alih-teknologi yang berkembang dari peradaban Barat yang kemudian dinikmati masyarakat Islam sendiri, tidak harus disikapi dengan pasif, namun harus dicarikan alternatif teknologi guna menjadi solusi terbaik bagi pengembangan teknologi Islami, dimana masyarakat muslim harus mampu berperan banyak didalamnya dan tidak hanya sebagai penikmat teknologi.